e-LKPD WebAR Nepenthes

e-LKPD dengan Model Inkuiri Terbimbing Berbantu Web Augmented Reality Materi Keanekaragaman Hayati Berbasis Variasi Nepenthes
untuk Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis dan Ketrampilan Psikomotorik Peserta Didik

Pendahuluan

  1. Latar Belakang
  2. Dunia pendidikan di Indonesia pada masa pandemi Covid-19 antara tahun 2020 sampai dengan 2022 merupakan masa yang sulit, karena bagi peserta didik masa pandemi tersebut mereka harus mengalami pembelajaran daring (dalam jaringan) yang merupakan pembelajaran yang sangat berbeda seperti sebelum pandemi dan bagi pendidik harus mampu memastikan bahwa materi yang diberikan melalui pembelajaran daring mudah dipahami oleh peserta didik. Seiring berjalannya waktu, dibalik kesulitan tersebut ada hal yang positif telah dilakukan oleh pendidik dan peserta didik selama pembelajaran daring ini, yaitu tanpa disadari juga telah berlatih serta menanamkan kebiasaan menjadi pembelajar mandiri untuk mencapai hasil atau proses pembelajaran yang maksimal. Peserta didik dan pendidik telah berlatih mengembangkan keterampilan abad ke-21 yaitu keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah yang fleksibel, berkolaborasi dan berinovasi.

    Pandemi Covid-19 telah memberikan gambaran atas kelangsungan dunia pendidikan dimasa depan melalui bantuan teknologi. Namun, teknologi tetap tidak dapat menggantikan peran pendidik, dan interaksi belajar antara peserta didik dan pendidik sebab edukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan tetapi juga tentang nilai, kerja sama, serta kompetensi.

    Kelemahan pembelajaran daring adalah tidak adanya interaksi secara langsung antara pendidik dengan peserta didik sehingga dapat membatasi berkembangnya keterampilan berpikir kritis dan psikomotorik peserta didik karena keterampilan tersebut tidak terasah seperti jika melaksanakan pembelajaran secara luring (luar jaringan). Selain keterampilan berpikir kritis pelajaran biologi merupakan pelajaran yang erat dengan aspek psikomotorik karena berhubungan dengan melakukan aktivitas dengan indera dalam penelitian atau percobaaan. Jika seorang pendidik tidak dapat menggunakan metode pembelajaran pada materi yang berhubungan dengan aspek ini secara tepat maka akan otomatis aspek psikomotorik peserta didik dalam materi tersebut rendah atau tidak tercapai.

    Pentingnya peranan praktikum dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan IPA, keberadaan praktikum banyak didukung oleh para pakar psikologi belajar, pakar IPA maupun para pakar pendidikan, sekalipun masing- masing meninjau dari sisi yang berbeda tentang manfaat praktikum. Selain itu hasil-hasil riset yang dilaporkan dalam jurnal profesional di bidang pendidikan IPA serta abstrak disertasi atau skripsi menunjukkan efek positif dari praktikum terhadap pengajaran IPA. Walaupun secara formal praktikum sudah menjadi komponen dalam pembelajaran biologi di sekolah di Indonesia, namun dalam hal ini apakah praktikum di sekolah telah dilaksanakan optimal ataukah belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang disuratkan kurikulum. Terlebih penting lagi bila kita tinjau bahwa praktikum ini dalam penyelenggaraannya tidak sedikit menyita dana, waktu dan tenaga dalam mempersiapkannya. Kurikulum 1975 yang disempurnakan dan kurikulum 1994 tidak memisahkan jam kegiatan praktikum dengan jam teori, dan jumlah 3 jam per kegiatan belajar di kurikulum 2013 juga dirasa kurang memberi keleluasaan kepada peserta didik yang ingin mengembangkan keterampilan dan memenuhi rasa ingin tahunya, demkian pula pada kurikulum merdeka, 3 jam tersebut dikurangi 1 jam yang dialokasikan dalam kegiatan proyek yaitu P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang kenyataanya dilapangan pengetahuan biologi masih belum maksimal diterapkan dalam tema proyek yang dipilih oleh sekolah. Alternatif penggunaan metode dalam penyampaian pokok bahasan dan sub pokok bahasan mengakibatkan pendidik cenderung memilih metode yang memudahkannya menyampaikan materi, dengan kata lain praktikum jarang dilaksanakan di sekolah-sekolah.

    Dalam Kurikulum Merdeka ditegaskan bahwa Biologi dalam kurikulum nasional sangat diperlukan untuk memahami, mengatasi, dan mengelola tantangan sumber daya alam, kualitas lingkungan, kesehatan dan penyakit, pencegahan dan penanggulangan penyakit, serta peggunaan teknologi biologi yang dihadapi masyarakat pada abad ke-21. Selain itu, ilmu Biologi digunakan dalam mempertahankan keanekaragaman hayati, kelestarian ekosistem, kesejahteraan manusia dan organisme lain beserta populasinya, serta keberlanjutan sumber daya hayati yang dimiliki Indonesia. Proses pembelajaran sains Biologi dilakukan melalui pendekatan kontekstual dan inkuiri yang seluruh kegiatan berpusat pada peserta didik. Melalui pendekatan ini, peserta didik diberikan pengalaman belajar secara otentik sehingga peserta didik terlatih dalam memecahkan permasalahan kehidupan sehari-hari melalui kerja ilmiah dimulai dari menemukan masalah, menyusun hipotesis, merancang percobaan, melalakukan percobaan, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. Hal ini akan berimplikasi pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi hidupnya saat ini dan masa depannya.

    Jika kita sekali lagi memandang dari aspek pendidik, dan melihat kembali hasil uji kompetensi pendidik (UKG) tahun 2015 yang menguji kompetensi pendidik untuk dua bidang yaitu pedagogik dan profesional. Rata-rata nasional hasil UKG 2015 untuk kedua bidang kompetensi itu adalah 53,02. Direktur Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud, Sumarna Surapranata mengatakan, jika dirinci lagi hasil UKG untuk kompetensi bidang pedagogik saja, rata-rata nasionalnya hanya 48,94, yakni berada di bawah standar kompetensi minimal (SKM), yaitu 55. Artinya apa? Pedagogik berarti cara mengajarnya yang kurang baik, cara mengajarnya harus diperhatikan, ... (Desliana Maulipaksi, 2016).

    Materi yang dipilih dalam website ini adalah materi Plantae, plantae merupakan salah satu materi yang sangat dekat dengan kehidupan peserta didik, sehingga dengan adanya web ini dapat membantu peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini dalam kurikulum 2013 ataupun tercapainya Capaian Pembelajaran (CP) jika Kurikulum Merdeka.

    Materi plantae pada kurikulum 2013 memiliki Kompetensi Inti, yaitu : 1) memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 2) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) materi Plantae, yaitu : 1) mengelompokkan tumbuhan ke dalam divisi berdasarkan ciri-ciri umum, serta mengaitkan peranannya dalam kehidupan. 2) menyajikan laporan hasil pengamatan dan analisis fenetik dan filogenetik tumbuhan, serta peranannya dalam kehidupan.

    Sedangkan pada Kurikulum Merdeka, Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Biologi SMA/MA/Program Paket C Fase E dalam Salinan SK Kepala badan Standar, Kurikulum, Dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Tekhnologi Nomor 033/H/KR/2022 tentang Capaian Pembelajaran halaman 212 bahwa Elemen Pemahaman Biologi pada akhir fase E, peserta didik memiliki kemampuan menciptakan solusi atas permasalahan-permasalahan berdasarkan isu lokal, nasional atau global terkait pemahaman keanekaragaman makhluk hidup dan peranannya, virus dan peranannya, inovasi teknologi biologi, komponen ekosistem dan interaksi antar komponen serta perubahan lingkungan. Sedangkan Elemen Keterampilan Proses meliputi mengamati, mempertanyakan dan memprediksi, merencanakan dan melakukan penyelidikan, memproses, menganalisis data dan informasi, mengevaluasi dan refleksi, mengomunikasikan hasil.

    Dari uraian diatas maka lahirlah website ini, yang mencoba melakukan pengembangan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) melalui model pembelajaran yang diharapkan dapat memberikan solusi terbaik dalam proses belajar mengajar baik pembelajaran secara daring atau luring mata pelajaran biologi yang berhubungan dengan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan psikomotorik, dalam pengembangan LKPD ini mengambil contoh materi Plantae, yaitu melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantu Web Augmented Reality (WebAR). Sehingga dalam website ini berfokus pada: Pengembangan LKPD Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Plantae Berbantu Web Augmented Reality untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Keterampilan Psikomotorik Peserta Didik.

    Pemilihan model inkuiri terbimbing disebabkan, pembelajaran ini sangat cocok untuk melatih keterampilan berpikir kritis yang merupakan salah satu keterampilan abad ke-21 karena melibatkan pengembangan pertanyaan, membuat pengamatan, melakukan penelitian untuk mengetahui informasi apa yang sudah direkam, mengembangkan metode untuk eksperimen, mengembangkan instrumen untuk pengumpulan data, mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data, menguraikan kemungkinan penjelasan dan membuat prediksi untuk studi masa depan. Sedang alasan memilih metode penerapannya berbantu WebAR selain pendidik dan peserta didik telah terbiasa menggunakan tekhnologi berbasis pembelajaran luring akibat pandemi covid-19, tekhnologi WebAR memiliki manfaat yang besar yaitu antara lain: pembelajaran berbantu WebAR akan dapat dipahami oleh para peserta didik dengan jelas dibanding metode pembelajaran menggunakan media buku seperti umumnya karena adanya aplikasi dan animasi berbantu WebAR dapat menggantikan metode lama dalam membaca teks; membuat pelajaran lebih menarik karena peserta didik dapat lebih memahami suatu pelajaran yang lebih banyak menampilkan konten visual interaktif, ketimbang membaca suatu buku, selain itu, mereka juga dapat menghafal lebih banyak dan belajar lebih banyak dengan menonton suatu tayangan visual di depan mata; sesi pembelajaran akan lebih interaktif karena peserta didik dapat berimajinasi dan keterampilan kreatif mereka akan lebih bebas sehingga akan muncul banyak pertanyaan berdasarkan topik yang ditentukan, selain itu, merekapun dapat berimajinasi menghubungkan satu topik terkait dengan yang lain sehingga dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif dan konkrit dari yang diajarkan; WebAR juga dapat untuk mensiasati jumlah jam pelajaran yang dirasa kurang dalam menyampaikan teori serta keterampilan psikomotorik (praktek) karena kegiatan belajar dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun dengan mengakses website melalui webrowser pada smartphone mereka.

  3. Identifikasi Masalah
    1. Kurangnya pengembangan LKPD yang memadukan model inkuiri terbimbing dengan teknologi augmented reality (AR):
    2. Keterbatasan keterampilan berpikir kritis peserta didik: Kurangnya kemampuan peserta didik dalam berpikir analitis, evaluatif, dan kreatif dan keterbatasan kemampuan peserta didik dalam menghubungkan konsep-konsep pembelajaran dengan konteks nyata.
    3. Keterbatasan keterampilan psikomotorik peserta didik: Minimnya kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan fisik dan motorik dalam pembelajaran dan kurangnya interaksi langsung dengan objek fisik dalam pembelajaran.
    4. Keterbatasan LKPD konvensional: Terbatasnya kemampuan LKPD konvensional dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan psikomotorik peserta didik dan kurangnya interaktifitas dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran menggunakan LKPD konvensional.

  4. Pembatasan Masalah
  5. Berdasarkan identifikasi masalah yang muncul, agar tetap fokus maka perlunya untuk membatasi masalah, yaitu:
    1. Lingkup Studi, dalam web ini membatasi pada kelompok peserta didik kelas X tingkat SMA/MA.
    2. Model Inkuiri Terbimbing, web ini membatasi penggunaan model inkuiri terbimbing sebagai pendekatan pembelajaran yang digunakan. Hal ini berarti bahwa pada pengembangan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) mengikuti prinsip-prinsip dan tahapan inkuiri terbimbing.
    3. WebAR, web ini membatasi penggunaan teknologi WebAR sebagai metode atau alat yang digunakan dalam pengembangan LKPD. Penelitian ini akan mengintegrasikan elemen-elemen AR dalam LKPD untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan psikomotorik peserta didik melalui halaman Web yang diakses peserta didik dengan browser di smartphone mereka.
    4. Keterampilan berpikir kritis dan Keterampilan Psikomotorik, web ini memfokuskan pada pengukuran dan peningkatan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan psikomotorik peserta didik. Pembatasan ini akan membantu pengembang dalam mengumpulkan data yang relevan dan menghasilkan temuan yang lebih spesifik terkait dengan pengaruh penggunaan LKPD dengan model inkuiri terbimbing berbantu Web AR terhadap keterampilan tersebut.

    Dengan batasan yang telah dituliskan tersebut maka dapat disimpulkan kembali bahwa perlunya pengembangan sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan terbentuk interaksi efektif antara peserta didik dengan pendidik serta meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar peserta didik, disini sarana yang dimaksud adalah dengan LKPD yang diterapkan pada model pembelajaran yang akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan psikomotorik melalui pembelajaran aktif tersebut, sedangkan model pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini mengambil model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan alasan model pembelajaran ini dimulai dengan mengajukan pertanyaan, masalah, atau skenario yang akan membuat peserta didik aktif melakukan penyelidikan, analisis data yang ditemukan dan mengambil kesimpulan secara obyektif dari masalah yang mereka jumpai atau topik permasalaan yang diberikan oleh pendidik. Selain berorientasi pada peserta didik pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini pendidik juga aktif melakukan tugasnya sebagai fasilitator sehingga jika peserta didik mengalami kendala maka pendidik harus siap untuk memberi solusinya.

    Untuk mencapai tujuan dan menambah daya tarik peserta didik terhadap kegiatan belajar mengajar dan mengatasi kekurangan jam pelajaran maka disini peneliti mengembangkan LKPD model pembelajaran inkuiri tersebut dengan berbantu WebAR, yang artinya peserta didik dan pendidik dapat berkomunikasi atau melangsungkan kegiatan belajar mengajar dengan mengakses website ini.

    Augmented reality memberikan pengalaman visual yang kaya dan interaktif melalui penambahan elemen virtual ke dalam dunia nyata. Dalam web ini, penggunaan augmented reality memungkinkan peserta didik untuk melihat tumbuhan secara lebih mendetail, termasuk struktur internal dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Peserta didik dapat berinteraksi dengan objek virtual, mengamati proses biologis, dan menjelajahi tumbuhan dengan lebih mendalam. Ini memberikan stimulus visual yang kuat, mendorong pemikiran kritis dalam mengamati, membandingkan, dan membuat kesimpulan berdasarkan bukti yang mereka amati. Adanya interaksi langsung antara dunia nyata dan dunia virtual dalam augmented reality memungkinkan peserta didik untuk mengamati tumbuhan secara virtual, memanipulasi objek dalam lingkungan virtual, dan berinteraksi dengan materi pelajaran melalui gerakan fisik. Ini memberikan tantangan dan stimulus untuk meningkatkan keterampilan psikomotorik peserta didik. Kesemuanya itu dapat diakses oleh peserta didik melalui browser dan tidak memerlukan instalasi.

Melalui website ini, diharapkan akan dapat mengatasi masalah tersebut, dengan mengembangkan LKPD yang mengintegrasikan model inkuiri terbimbing berbantu WebAR yang bertujuan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan keterampilan psikomotorik peserta didik.